Tolak ukur seorang Intelektual





Tahun 2001. Ketika pendaftaran masuk Sekolah Dasar  mulai dibuka, ratusan orang tua mendaftarkan anaknya untuk bisa menimba ilmu dengan harapan anak-anak mereka nantinya menjadi cerdas. Saatlah itu lembaran baru mulai dibuka bagi seorang anak dalam menuntut ilmu untuk bekal di masa depan kelak nantinya. Beberapa orang tua begitu antusiasnya dalam mengantri dibeberapa Sekolah untuk mendaftarkan anaknya. Tahun ajaran baru memang selalu identik dengan penerimaan Siswa-Siswi baru diberbagai Sekolah-Sekolah. Wajah-wajah baru, sepatu baru, tas baru, dan berbagai perlengkapan sekolah yang serba baru untuk setiap siswa-siswi baru yang akan memulai tahun ajaran baru. Hari pertama masuk sekolah bagi beberapa  siswa merupakan hal yang sangat asing bagi mereka, mereka yang sebelumnya selalu bangun kesiangan dan tiap harinya selalu bermain di rumah. Saat ini berubah derastis menjadi bangun pagi-pagi dan berangkat ke sekolah. Bangku Sekolah Dasar merupakan tempat pertama bagi seorang anak memulai masa studinya. Disaat itulah dia mulai mengenal berbagai pengetahuan-pengetahuan mengenai ilmu-ilmu di dunia ini baik itu pelajaran mate-matika, bahasa indonesia, bahasa inggris dan sebagainya. Hari-hari terus berlalu bagi setiap siswa-siswi baru yang baru merasakan bangku Sekolah. Mereka tiap harinya mendapatkan berbagai pengetahuan yang disampaikan oleh guru-guru. Bagi sebagian siswa tersebut mengerti apa yang disampaikan oleh guru mengenai pelajaran tersebut dan bagi siswa lain ada yang belum mengerti mengenai pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut. Waktu terus bergulir, hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan tanpa dirasa ulangan semester mulai dekat, saat itulah bagi para siswa akan menghadapi ulangan semester. Untuk mengevaluasi tentang pembelajaran yang sudah diberikan bagi para guru-guru dan ajang tersebut sebagai penentu siapakah yang akan menjadi juara kelas disetiap kelas-kelas. Tanpa ketinggalan orang-orang tuapun begitu antusias untuk menyuruh anak-anak mereka belajar sebagai persiapan untuk menghadapi ulangan semester. Satu minggu pun berlalu sebagai ajang dalam melaksanakan ulangan semester. Saatnya bagi siswa untuk merasa legah setelah kurang lebih 4 bulan menjalani masa sekolah dan para orang tua pun tak ketinggalan legahnya setelah kurang lebih 4 bulan juga dalam mengurusi anak mereka setiap paginya.
Tibalah saatnya hari yang ditunggu untuk seluruh siswa-siswi Sekolah Dasar untuk mengetahui siapkah yang menjadi juara dalam setiap kelas. Bagi setiap orang tua berharap sekali anak-anak mereka juara. Detik-detik pembacaan juara kelas pun dibacakan oleh guru. Saat  itulah beberapa orang tua mulai kecewa hasil pembacaan juara kelas bahkan terkadang didapatkan beberapa orang tua yang menangis ketika anak mereka tidak juara. Bagi kebanyakan orang tua menilai kecerdasan atau kepintaran anak-anak mereka dinilai dari juara atau tingginya nilai rapor anak mereka. Memang juara sebagai simbol dari kecerdasan seorang anak. Tapi jangan kita lupakan juga bahwa tidak semua anak yang tidak juara itu tidak cerdas melainkan mereka hanya belum menemukan cara yang tepat dalam menyampaikan hasil pembelajaran mereka melalui lembaran jawaban ketika mereka mengisi lembaran soal saat ulangan semester. Maka sebagai peringatan bagi orang-orang tua untuk tidak mengatakan anaknya tidak cerdas atau pintar tatkala anak tersebut tidak mendapat juara di kelasnya.

No comments:

Post a Comment